Never Ending Stories

Archive for the ‘My Life’ Category

Rasa Hampa

Semua merasa sedih. Umat beragama di Jakarta harus beribadah secara online / streaming dari rumah. Karantina lokal karena corvid 19 yang sedang berlangsung, membuat kami tidak boleh pergi ke gereja.

Perasaan ini pernah juga saya rasakan selama di proyek batu waktu tahun 2006. Desa Milangodaa, perbatasan antara Gorontalo dan Sumut, tidak ada gereja di jarak 50 km. Rohani rasanya kosong banget. Biasa Misa tiap Minggu menerima Hosti, tapi apa daya hanya ibadah oikumene seadanya. Hampa jiwa deh pokoke…

Hampir mirip rasanya di saat ini. Di rumah, liatin smart phone, denger khotbah misa. Iya sih, live, tapi emang rasanya hampa. Biasa secara fisik hadir dan terima Tubuh dan Darah Kristus, sekarang hanya “membatin” dan “menghayal” untuk bisa Ekaristi.

Mungkin ini dibiarkan Tuhan supaya kita lebih bersyukur untuk hal-hal yang sederhana, seperti hadir dalam Misa dan menerima TubuhNya setiap Minggu. Atau memang Dia mau kita lebih “aware” bahwa Tuhan benar-benar hadir di rumah, bukan hanya di gereja.

Semoga virus-virusan ini cepat berlalu. Kangen hadir Misa. Rindu baca buku di toko inisial G. Cukuplah nonton serial di smartphone dan memperkaya neng youtube dengan quota-quota. Semoga…

Hampir Saja Melewatkan Natal (Mengenang 2018)

Di penghujung tahun 2018 ini, banyak acara besar terlewatkan: Asian Games, Java Jazz, bahkan ulang tahunku sendiri. Puji Tuhan untuk Natal tahun ini, Dia masih kasih saya kesempatan untuk mengenang kelahiranNya.

Dalam Katolik, untuk acara-acara besar seperti Natal dan Paskah, kami disarankan untuk “menyiapkan” diri, salah satunya dengan mengikuti Sakramen Tobat atau pengakuan dosa. Pas banget, dekat kantor ada Gereja Santa dan saya sempatkan untuk ikut pengakuan dosa di sana. Pas banget, mengaku dosa dengan Pastor Yohanes Sudrijanta. Beliau salah satu Pastor yang belajar dan praktek tentang meditasi.

Di dalam nasihatnya (dan penitensi), Pastor mengajak saya untuk melihat 3 hal negatif yang merupakan akar dari dosa: kebencian, sikap tidak perduli dan nafsu. Kita harus melepas tiga hal tersebut. Bagaimana melepasnya, Pastor merekomendasikan tulisan nya untuk direnungkan. https://meditativestate.wordpress.com/2015/04/13/menyentuh-hakikat-keberadaan-kita-yang-paling-dalam-dan-menemukan-kedamaian-di-hati/

Inilah jawaban yang kutunggu-tunggu. Penantian lama dalam pengalaman-pengalaman iman yang sudah lama kucari. Terima kasih Tuhan. Dalam tahun ini, Engkau masih memberi rahmat pengampunan dan jawaban atas doaku.

Semoga di tahun 2019, Tuhan memberikan banyak rahmat, kesehatan, prestasi, keselamatan dan jawaban atas doa kita.

Resolusi Di Tahun 2019

Semalam chat dengan sahabat lama, iseng-iseng dia tanya.
“2019 mau bikin resolusi apa, Hils?”

Iya, ya, kenapa gak kepikiran?

Setelah nego-nego kegiatan yang realistis bisa dikerjakan, akhirnya tersebutlah tiga resolusi ini untuk 2019:
1. Pantang nasi seminggu 2 kali: Senin dan Kamis
2. Olahraga seminggu sekali: 30 menit
3. Tulis blog seminggu sekali: minimal 1.000 karakter

Untuk nomor 1 dan 2, dikerjakan bareng-bareng.
Dimulai tanggal 15 Desember 2018.

Doakan kami, ya!
#pakeNadaTakeshiCastle
#resolusi2019

Paskah Terindah…

Nyambung dari posting sebelumnya.. Kekhawatiranku pas Malam Paskah terhapus sudah. Trio ancur dapet bala bantuan, walaupun tidak maksimal pas lagu andalan, tapi paling gak lagu-lagu lain terdengar merdu.. Bisa membawa suasana Paskah jadi makin meriah.

Apalagi ngeliat bokap yg sudah baikan. Dua minggu sebelumnya, gak mau minum obat, gak mau makan.. Beneran gak bisa tidur mikirin, gimana caranya.. Tapi emang rencana Tuhan indah pada waktunya.. Minggu Palma, bokap udah mulai makan banyak, obatnya juga mulai diminum.. Jumat nya udah bisa pergi misa.. sampe sekarang..

Bahagia bgt, sampe aku peluk bokap & nangis..  “Ayah terus minum obat ya, Gre masih perlu opanya”

Lengkap sudah bahagiaku di Paskah ini

Makasih Tuhan 😀

Feel Alone This Easter

Kita dapet tugas untuk mengiringi Misa Malam Paskah. Tapi apa yang terjadi seminggu sebelum hari H? Tiga orang di posisi suara bass berhalangan karena tugas negara. Tersisa lah 3 pria: Aku dengan suara pas-pasan, temenku yang jarang ikut latihan & gak bisa diatur volume suaranya, serta temanku satu lagi yang selalu ikut latihan tapi pas intro udah kabur & dateng lagi pas coda penutup.

Yup.. I feel alone this Easter. Bener-bener ngerasa sendiri di tengah kerumunan 14 orang the sopranos. 14 banding 3. Hmmm… apa yang akan terjadi pas lagu Sanctus & Agnus Dei, di mana suara bass jadi leader & patokan suara yang lain?

Bass : Hosanna in exelsis.. (dg suara gak jelas & sedikit, mending nadanya bener)
tiba-tiba nyambung Sopran + alto + tenor : Hosanna in exelsis.. (dg suara lantang & banyak, nada yg tepat tentunya)

Serem sih membayangkannya. Mengiringi di hari besar Tuhan dengan performance seperti itu.

Aku cuma berharap pada diri sendiri untuk bernyanyi dengan nada yang tepat & dinamika sesuai arahan ibu pelatih. Sisanya aku serahkan pada keajaiban Tuhan.

Semoga  kejaiban itu benar ada Malam Paskah ini..

Sarapan pagi ini: panik & rasa syukur..

Panik karena pagi-pagi abis mandi, ngeliat kemeja udah gak ada di lemari.
Bukan karena diculik tapi emang belum dikembaliin dari laundry.
Masih pake kaos tidur, pergi ke laundry nunggu dia buka jam 8, langsung chawww ke kantor.

Rasa syukur karena laundry buka tepat waktu & ada kemeja utk dipake ke kantor.

Kali ini kayanya mesti nyuci sendiri.. 😛

Can I say that to my (future) wife ?

images

Diperankan oleh model

Pas lagi ikutan weekend Spiritual Intelligence, Ko’Bah (host at weekend) cerita waktu istrinya, Ci’San, abis melahirkan (anak pertama) dan mengeluhkan perutnya yang tak berbentuk.

Ko’Bahrun cuma bilang (sambil mengelus perut Ci San)  “Ini adalah tanda kalau kamu udah mempertaruhkan nyawa demi anak kita. Kerutan ini punya makna kalau kamu udah ngelindungin dia dengan kulit dan dagingmu sendiri waktu anak kita masih di dalam rahim.”

“……..”

Suasana jadi hening. Walaupun tak lama kemudian dia becanda lagi, aku tetap diam.. merenung.. “Can I say that to my (future) wife?”

Birthday wishessssssssssss….

Terhenyak (ampuuunn deh bahasanya) dengan ucapan temen dari Manado:

“n this day, i hope u realize that u hv much love arround u”

 Waw.. emang deh yg namanya love arround me bukan hanya banyak tapi melimpah.. krn kasih Tuhan tak berkesudahan lewat teman2 & sdr2.

Buat rasa terima kasih, aku upload smua ucapan di fesbuk & sms.

(more…)

Pesan apa yg akan ditulis di batu nisan?

Di fordis (pertemuan KKMK KAJ), pembicara yang saat itu membawakan
materi pengembangan diri, meminta para anggota yang hadir untuk memikirkan, apa
yg akan ditulis di batu nisannya nanti.

Aku jd teringat sewaktu bertugas di tambang batu di pesisir
pantai selatan Sulut, tepatnya di Desa Milangodaa, Kab. Bolaang Mongondow. Juli
2006, sebelah selatan Sulut dan beberapa kota di Gorontalo dilanda banjir bandang termasuk desa yang kami tempati. Tak cukup
banjir bandang, seminggu setelahnya, gempa pun menyusul. Penghuni desa panik.
Karena termakan issu tsunami, para penduduk mengungsi ke bukit terdekat.

Para pekerja tambang sangat
kelelahan dan stress berat setelah menyelamatkan aset perusahaan (bahkan ada
yang lupa akan keselamatan diri sendiri) dan seminggu hanya makan ikan asin dan
indomie karena putusnya jembatan-jembatan untuk jalur logistik.

Di dalam keadaan seperti itu, sebenarnya kami juga panik,
termasuk saya. Setiap mau tidur saya selalu menaruh barang berharga di dalam
tas pingggang supaya nanti kalau nanti memang terjadi tsunami, tas kecil itulah
yang saya bawa pertama kali. Mungkin ini jalan Tuhan supaya saya yang penakut
ini menjadi berani. Di dalam doa saat itu, saya selalu berdoa, “Tuhan, kalau
ini memang sudah ajalku, biarlah aku mati dalam keadaan menyelamatkan diri atau
menyelematkan orang lain. Saya tidak mau mati karena menyerah.”

Sampai sekarang saya juga bingung, kenapa kalimat itu yang
keluar dari mulut seorang penakut seperti saya. Mungkin karena “near death
experience” memberi dampak kebalikan dari sifat jelek seseorang.

Yaaaa… paling nggak saya tahu sekarang, kalimat apa yang
akan ditulis di batu nisanku.

“Hilarius….  meninggal dalam keadaanya
mempertahankan hidup

Journey To The East

Ini emang langkah yg paling besar yg pernah gw ambil. Pergi kerja ke Menado. Jauh dari rumah, sodara2, & temen2 baik gw. Udah gitu gw harus resign dulu dari kerjaan gw yg lumayan enak menurut gw: supervisor toko buku.

Rasa untuk jadi mandiri, membuat tekad gw kuat untuk ke Menado. Setelah konsultasi dengan Master Feng Shui di kantor yg baru di Manado, disebutlah hari baik dan jam baik untuk masuk kerja. (Padahal gw bukan penganut & nggak percaya Feng Shui. Tapi karena bos yg nyuruh, ya udah deh. Lagi pula gak ada ruginya).

(more…)