Never Ending Stories

Archive for July, 2007

Pesan apa yg akan ditulis di batu nisan?

Di fordis (pertemuan KKMK KAJ), pembicara yang saat itu membawakan
materi pengembangan diri, meminta para anggota yang hadir untuk memikirkan, apa
yg akan ditulis di batu nisannya nanti.

Aku jd teringat sewaktu bertugas di tambang batu di pesisir
pantai selatan Sulut, tepatnya di Desa Milangodaa, Kab. Bolaang Mongondow. Juli
2006, sebelah selatan Sulut dan beberapa kota di Gorontalo dilanda banjir bandang termasuk desa yang kami tempati. Tak cukup
banjir bandang, seminggu setelahnya, gempa pun menyusul. Penghuni desa panik.
Karena termakan issu tsunami, para penduduk mengungsi ke bukit terdekat.

Para pekerja tambang sangat
kelelahan dan stress berat setelah menyelamatkan aset perusahaan (bahkan ada
yang lupa akan keselamatan diri sendiri) dan seminggu hanya makan ikan asin dan
indomie karena putusnya jembatan-jembatan untuk jalur logistik.

Di dalam keadaan seperti itu, sebenarnya kami juga panik,
termasuk saya. Setiap mau tidur saya selalu menaruh barang berharga di dalam
tas pingggang supaya nanti kalau nanti memang terjadi tsunami, tas kecil itulah
yang saya bawa pertama kali. Mungkin ini jalan Tuhan supaya saya yang penakut
ini menjadi berani. Di dalam doa saat itu, saya selalu berdoa, “Tuhan, kalau
ini memang sudah ajalku, biarlah aku mati dalam keadaan menyelamatkan diri atau
menyelematkan orang lain. Saya tidak mau mati karena menyerah.”

Sampai sekarang saya juga bingung, kenapa kalimat itu yang
keluar dari mulut seorang penakut seperti saya. Mungkin karena “near death
experience” memberi dampak kebalikan dari sifat jelek seseorang.

Yaaaa… paling nggak saya tahu sekarang, kalimat apa yang
akan ditulis di batu nisanku.

“Hilarius….  meninggal dalam keadaanya
mempertahankan hidup

“Ya..! Wanita”

Sudah delapan bulan sejak aku menginjakkan kaki di kota ini, tak satu pun wanita yang menarik
hatiku. Ya, wanita! Bukan gadis, bukan pula cewek, tapi wanita! Mungkin karena
umur yang menjelang 26 tahun membuatku lebih naksir dengan sosok dewasa (tapi
bukan ibu-ibu lho). Benakku yang terus memikirkan tentang wanita terus mengajak
mataku untuk melihat cewek-cewek di sekitar.

“Oh iya… sekarang kan lagi misa.. kok malah liat-liat cewek”, kataku dalam hati sambil memalingkan
wajah ke altar supaya lebih khusuk. Tapi untuk cewek yang satu ini mataku susah
sekali diajak kompromi untuk tidak memandangnya. Walaupun hampir setiap minggu
ketemu di gereja yang sama tapi aku gak bosen2 melirik ciptaan Tuhan yang indah
ini.

(more…)

Sainganmu Bukan Wanita Lain

“Sudah setahun saya tidak gereja Mo..” kata Lady di balik bilik papan pengakuan dosa.

“Kenapa ?”, tanya Pastur.

            “Ehm… Diputusin Mo.”, jawab Lady.

“Cuman begitu aja kok sampe nggak gereja ?”, tanya Pastur
penasaran.

“Romo kalo jadi saya mungkin udah bunuh diri kali. Untung masih ada kakak dan ibu saya yang peduli, kalo nggak,
mungkin saya udah enak-enak di alam sana.”, jawab Lady agak kesal.

“Ya wess toh, Romo minta maaf. Gimana ceritanya, kok gara-gara
mantan cowokmu, kamu jadi nggak gereja ?” bujuk Pastur. Mulailah Lady
menceritakan kisah cintanya dua tahun yang lalu.

 

* * *

 

“Salam damai, salam damai, salam… salam.”, nyanyi orang-orang di dalam
kapel sambil berjabatan tangan. Tak terkecuali Ben yang tersipu-sipu ketika
bersalaman dengan Lady. Kapel di kawasan Cilandak inilah yang menjadi tempat
pertemuan Ben dengan wanita idamannya.

“Wah untung banget aku duduk di sini, pas di belakang cewek, cantik
lagi.”, kata Ben dalam hati. Malam itu, sejak misa berlangsung, Ben yang
biasanya khusuk berdoa tidak bisa berkonsentrasi, dia selalu melihat ke arah
Lady yang juga sebentar-sebentar melirik ke arahnya.

“Aduuh, maap ya Tuhan, bukannya nggak mau berdoa tapi ciptaanMu
yang di depanku ini lho, cantik banget ! Ya udah deh aku tutup mata aja biar
bisa konsen dikit.”, kata Ben dalam doanya.

  (more…)